Yang Bangkit Dari Bangkrut #6: Kris Yulianto

Yang Bangkit Dari Bangkrut #6: Kris Yulianto


KEGAGALAN yang disikapi berlebihan bisa jadi akan membuat orang makin terpuruk. Namun jika disikapi dengan bijak, kegagalan bisa menjadi pemicu semangat baru.
Kondisi tersebut bukanlah klise semata. Tapi sudah dibuktikan oleh Kris Yulianto yang akrab disapa Toto, pemilik Kedai Wulung Banjarnegara. Lika-liku kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi siapa saja yang ingin sukses berwirausaha.
Kebangkrutan usaha yang dialami Toto sekitar 10 tahun silam, rupanya menjadi titik balik bagi kesuksesannya dalam menekuni bisnis kuliner. Jauh-jauh dia merintis usaha kuliner di Bandung dengan modal cukup besar, namun usahanya hanya dua bulan. ‘’Saya kurang perhitungan, ternyata tempat yang saya sewa itu terkena proyek pelebaran jalan,’’ ujarnya, mengisahkan.
Saat itu Toto memberanikan diri untuk membuka usaha kuliner di Bandung, setelah melihat langsung kesuksesan temannya membuka rumah makan di sana. Kebetulan dia sedang mencari lokasi baru, karena tempat untuk usaha kulinernya di sekitar kampus Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto sudah habis masa kontrak. ‘’Setelah saya perhitungkan, akhirnya saya memutuskan untuk membuka rumah makan di Bandung,’’  ungkapnya.
Dengan keoptimisannya, dia pun menginvestasikan sebagian hasil dari usaha rumah makan stik di Purwokerto untuk lokasi barunya itu. Tidak tanggung-tanggung, Toto membawa delapan  karyawan. Begitu rumah makan mulai beroperasi, keyakinannya untuk meraih sukses di perantauan itu makin bertambah, setelah melihat jumlah pengunjungnya membeludak. ‘’Saya merasa, saat itu akan menjadi tempat saya meraih kesuksesan,’’ ungkap pria kelahiran Banjarnegara 9 Juli 1978 itu.
Masa Prihatin
Namun, semuanya berubah dua bulan kemudian. Hampir sebagian besar bangunan yang dikontraknya menjadi rumah makan, terpangkas oleh proyek pelebaran jalan. Jumlah pengunjung rumah makannya pun terus berkurang. Di sisi lain, dia memiliki delapan karyawan yang menjadi tanggung jawabnya. ‘’Karena usaha terus lesu, saya dan karyawan pun prihatin. Untuk makan, cukup nasi lauk krupuk dan kecap,’’ kenangnya.
Dengan kondisi usaha yang terus merosot, akhirnya Toto memutuskan untuk menutup usaha. Dia pun lalu kembali ke Banjarnegara. Tentu saja kegagalan itu terus membayanginya. Betapa tidak, dia menghabiskan sekitar Rp 30 juta untuk investasi di Bandung, tapi usahanya bangkrut. Padahal, modal tersebut dia kumpulkan sedikit demi sedikit selama dua tahun wirausaha kuliner di Purwokerto. ‘’Uang sebanyak itu bagi saya cukup besar,’’ ujarnya.
Untuk menghilangkan rasa penyesalan atas kebangkrutan yang dialaminya, Toto mencoba menjadi sales produk susu kemasan di Banjarnegara. Namun, kesibukan barunya itu tidak menghilangkan niatnya untuk berwirausaha. 
sumber: http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/bangkit-dari-kebangkrutan-karena-semangat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@diannafi