Soko Tatal Sunan Kalijogo


Soko Tatal Sunan Kalijogo



Sudah padha dengar belum kalau Masjid Agung Demak dibangun hanya dalam waktu semalam?

Sudah padha tahu juga kan kalau empat soko guru utama Masjid Agung Demak adalah sumbangan dari Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel.


Tiang ini harus segera ditemukan dengan tinggi yang pas dalam waktu singkat, karena pembangunan masjid hanya akan berlangsung dalam semalam. So, mereka berempat ini bergegas pergi ke berbagai pelosok untuk mendapatkan tiang dengan spesifikasi yang dimaksud. Diameter dan  tinggi yang sama.

Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati dan Sunan Ampel sudah mendapatkan balok kayu sesuai spek yang bisa dijadikan tiang masjid. 
Sedangkan Sunan Kalijaga yang tadinya sudah pergi ke Jepara untuk memotong pohon untuk tugas tersebut, tidak berhasil sebab si penunggunya konon tidak berkenan. Jadilah Sunan Kalijaga berbalik arah yang tadinya ke utara, kini ke selatan. Ke daerah Gunung Pati Semarang tepatnya. 

Sampailah beliau di hutan yang sekarang dikenal sebagai alas gua kreo. Sebenarnya batang pohon dengan spesifikasi yang dimaksud sudah beliau dapatkan, tetapi monyet-monyet di hutan itu mengganduli pohon itu bagian depan belakangnya ketika Sunan Kalijaga sedang membopong batang kayu tersebut. Karena monyet-monyet itu tak mau juga turun dari batang pohon yang digendong itu, Sunan Kalijogo terpaksa memotong bagian yang ditumpangi, depan dan belakang, alias ujung dan pucuknya. Alhasil monyet-monyet itupun berjatuhan. Syukurlah Sunan Kalijogo dengan kesaktiannya berhasil membawa batang pohon itu ke lokasi akan didirikannya masjid Agung. Tapi sayangnya tentu saja tinggi bakal tiang itu sudah berkurang. Waktu sudah sedemikian sempit. Tak kurang akal, Sunan Kalijaga kemudian menyambung tiang itu hingga mencapai tinggi yang sesuai. Uniknya beliau menggunakan potongan dan serpihan  yang ada. Dan beliau mengikatnya menggunakan sabut kepala serta tentu saja 'lem' yang beliau buat dari ludahnya (ahay, konon lho:D) Karena terbuat dari berbagai serpihan kayu yang disambung jadi satu, maka tiang itu dikenal dengan sebutan soko tatal.

Soko tatal dari kumpulan kayu itu kemudian dimaknai juha  sebagai lambang persatuan. Ternyata dari kecil yang banyak itu kalau dikumpulkan jadi satu kekuatan. Demikian jugalah Nusantara ini, meski berbeda-beda dan terdiri dari banyak elemen yang kecil, namun jika bersatu tentulah akan menjadi sebuah kekuatan yang berdaya. 

Setelah jadi, keempat soko guru termasuk soko tatal diletakkan di bagian tengah masjid. Tiang Sunan Bonang ditaruh di sebelah barat laut, di barat daya milik Sunan Gunung Jati, di tenggara milik Sunan Ampel dan di sebelah timur laut diletakkan soko tatal Sunan Kalijaga.


2 komentar:

Adbox

@diannafi