#ngemilbaca Berhala-Berhala Wacana

#ngemilbaca Berhala-Berhala Wacana


Agak unik juga sebenarnya yang nulis. Karena kalau pas nulis yang lucu-lucu, slengekan dan nyantai tuh bisa kadang-kadang gokil, kecampur-campur antara joke, satire dan nyinyir juga ngebully, but....ternyata kalau nulis yang essai macam buku ini bisa serius bingiits.

Mungkin ini yang dinamakan sebagai paradoks.

Btw, saat membaca tulisan-tulisan model seperti ini seketika terngiang-ngiang kalimat ibuku. Yang dulu sering berujar tentang betapa repotnya manusia ini. Sudah jelas-jelas X ini ajaran dan aturan yang diberikan, kok ya mau-maunya dan sempat-sempatnya mengulik-ulik bagaimana X ini ada dan kenapa penting, kenapa harus dikerjakan dst. Ngendikane ibuku, buang-buang waktu, muspro, nggak efektif. Ya gitu deh. Ini sebabnya adalah ibuku model orang-orang yang pragmatis, yang lebih senang cepet kerja taktek tak tek daripada kebanyakan omong. Jadi sami'na wa atho'naa ajalah lebih gampangnya. Nggak usah repot.

But, meski bahasanya di sini memang ndakik-ndakik, kita paham kok kalau tulisan ini bukan hendak merumitkan tetapi membawa kita pada substansi. Karena di sinilah memang bedanya antara cendekiawan dengan pragmatis. Dengan pikir nalar, gaya bahasa ilmiah, tulisan ini bermaksud hendak membawa pada shifting paradigma.

Di dalamnya kita jadi tahu dan kenal pemikiran filsuf-filsuf terdahulu.
Dan yang bikin aku sedih adalah aku tidak begitu bisa menghafalkan nama-nama. Begitulah kelemahanku, senengane eling rasane tapi lali jenenge. (Kelemahan yang sekaligus kebaikan, karena artinya aku tidak harus menghafalkan nama 64 mantan :D)

jadi membaca pemikiran filsuf di buku ini ya hanya untuk tahu saja, membandingkan dengan keadaan diri dan lingkungan, mengangguk-angguk mengambilpositif/hal baiknya.

JAdi banyak kenal istilah baru, epitesme, totem dst.

Antar bab ada kesinambungan sehingga asyik aja. Jadi kenal sama penafsir serta metodologimnya, menafsirkan penafsir dan menafsiri tafsiran. Hehehe...

Yang baru banget bagiku adalah tentang Oksidentalisme yang ternyata merupakan gerakan kebalikan dari orientalisme. Itu karena aku belum pernah baca sebelumnya tentang ini dan that's great.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@diannafi