Mana Yang Lebih Pelacur?
kita kadang dengan mudahnya menyamakan sebuah tindakan sebagai pelacuran.
Apakah juga bisa disebut pelacur orang yang menulis berdasarkan pesanan, misalnya biografi tokoh yang hendak mencalonkan diri sebagai kepala daerah.
Apakah juga bisa disebut pelacur orang yang menulis review untuk blog atau web dan semacamnya dan seterusnya demi mendapatkan uang atau hadiah.
Dulu sekali, aku tak tertarik dan bahkan cenderung menghindar untuk menulis tentang kepesantrenan, dunia santri dan apalagi kepikiran roadshow di pesantren-pesantren. Karena waktu itu pikiranku bilang, hei! tidak selayaknya mereka menjadi komoditi. Sehingga untuk banyak bilangan tahun, aku sungguh-sungguh menghindar untuk menuliskannya.
Lalu tibalah masa di mana seorang mbak Gina S Noer justru memberikan pemicu dan pemacu, bahwa aku justru harus menyuarakan apa yang terkandung dan tersimpan dalam dunia yang tidak semua orang mungkin sempat mengalami apalagi memahaminya.
Jadilah kemudian tulisan-tulisanku mengalir tentang mereka yang memang merupakan duniaku, darah dagingku.
Namun untuk sejenak kadang mungkin aku harus menengok lagi, lalu mengintropeksi diri dan terutama menjernihkan kembali, agar bening seperti pada awalnya aku berangkat.
Semua aktifitas kita ini tergantung niatnya. Begitu yang diungkapkan dalam arbain nawawi.
Mana Yang Lebih Pelacur?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar