#ngemilbaca Matinya Seorang Laki-Laki

#ngemilbaca Matinya Seorang Laki-Laki

Ini novel kedua Nawal yang kubaca. Setelah sebelumnya Perempuan Di Titik Nol yang covernya merah menyala menemani perjalananku dua tahun lalu menghadiri malam anugrah novel DKJ di TIM dan workshop nulis di villa-nya Mizan di Puncak karena terpilih sebagai salah satu peserta di Noura Books Academy.

MSL tipisnya sama dengan PTDN, tapi isinya memang bernas dan dalam. Subtile dan emosionil.

Membaca tulisan Nawal seolah memberi kesempatan pada diri dan jiwa kita berkreasi menilik kedalaman dan apa yang sesungguhnya tersimpan di bawah kesadaran kita.

misalnya, kenapa  manusia menikmati pertarungan (halaman 186)
memahami kenapa kadang-kadang kita bungkam padahal tahu kebenaran (hal 189)
kenapa kadang kita mengucapkan sebaliknya dari apa yang kita pikirkan

Nawal lihai menampilkan emosi bukan dalam sebuah kata yang absurd, bukan adjective, tetapi  dalam bentuk detail adegan. Showing, not tell.

Ia menggambarkan runtutan logika terjadinya suatu peristiwa secara subtile (192). Inevitable, tak terelakkan kejadiannya karena sebab akibat tertentu.

Tanggul nil, pepohonan dan matahari yang ia gambarkan mengingatkanku pada setting yang sama dekat pesantren milik keluarga almarhum suamiku, membuatku rindu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@diannafi