Kematian, Jejak, Surga dan Siroh
Pada hari yang sama dengan hari kematian guru SDku yang sangat kucintai, aku sebenarnya sedang bergulat dengan berbagai referensi kisah-kisah shahabiyah untuk sebuah tugas menulis. Segera kutinggalkan untuk bisa memberi penghormatan terakhir pada beliau. salah satu guru terbaikku yang menyayangiku seperti anaknya sendiri. Di pojokan rumahnya itu air mataku luruh. Kematian selalu menyakitkan. Perpisahan selalu terasa getir dan memilukan.
Terbayang kembali keindahan saat-saat kami bersama dulu. Elusan tangannya, nasihat-nasihatnya yang menyejukkan, pujian nya yang tidak berlebihan, dorongan dan kepercayaannya.
Siapa yang menyangka guru selembut itu bisa terkena tekanan darah tinggi dan stroke, hingga koma dan ajal menjemputnya. Lahal fatihah.
Pulang dari takziyah, aku berpapasan dengan beberapa kawan lama yang juga takziyah. Aku bisa membaca cinta di mata mereka. Kebaikannya akan selalu kami kenang. Seperti juga kebaikan yang ditinggalkan Gus Alex Komang yang beberapa hari lalu juga berpulang.
Kematian sungguh pelajaran yang sesungguhnya bagi kita.
Apa yang akan kita tinggalkan sebagai jejak nantinya. Obituari apa yang akan orang-orang tulis tentang kita sepeninggal nyawa dan tubuh ini.
Membaca-baca siroh yang sebenarnya memang inspiratif juga makin memperlihatkan bagaimana sebuah kematian dan warisan ini dipersiapkan (terkadang kita memang musti dipaksa untuk mau baca siroh dan belajar dari sana)
Orang-orang mulia itu pernah ada dan tertuliskan sejarahnya dengan nyata. Manusia-bukan malaikat-bisa semulia itu jika mau berupaya dan memohon pertolonganNya.
Peta Kesultanan Demak
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa dan ada sesudah era Kerajaan Majapahit. Sebagian raja Demak adalah turunan raja-raja Majapahit, termasuk Raden Patah –sang pendiri Kerajaan Demak. Dikutip dari versesofuniverse.blogspot.com , pada tahun 1515, Kerajaan Demak sudah berwilayah dari Demak sampai Cirebon. Pada tahun 1546, Kerajaan Demak sudah semakin luas wilayahnya termasuk Jambi, Palembang, Bangka, Banten, Sunda Kalapa, dan Panarukan di Jawa Timur. Tahun 1588 Demak lenyap dan penerusnya berganti ke Pajang yang merupakan pendahulu kerajaan/kesultanan di Yogyakarta dan Surakarta sekarang. Runtuhnya Kerajaan Demak tak berbeda dengan penaklukannya atas Majapahit. Peristiwa gugurnya tokoh-tokoh penting Demak saat menyerang Blambangan yang eks Majapahit, dan rongrongan dari dalam Demak sendiri membuat kerajaan makin lemah dan akhirnya runtuh dengan sendirinya. Sebuah pelajaran dari sejarah –cerai-berai dari dalam akan membahayakan kesatuan dan persatuan. Lokasi Kera
0 Komentar