Dari Pods ke Guest House: Cerita Kecil Tentang Rasa Syukur dan Keajaiban Tuhan
Tahun lalu, Agustus, saya ke Malang. Waktu itu saya hadir sebagai panelis di sebuah konferensi di Universitas Brawijaya. Karena sedang irit-iritnya, saya pilih menginap di Pods, semacam kapsul hostel yang sewanya hanya lima puluh ribu rupiah semalam. Murah meriah, cukup nyaman, dan cukup dekat ke kampus.
Lima hari saya mondar-mandir dari Pods ke venue konferensi. Di situ saya sempat ngobrol dengan beberapa panelis lain, mereka rata-rata menginapnya di UB Guest House—fasilitas kampus yang tentu saja jauh lebih nyaman, rapih, tenang, dan sewanya bisa tujuh kali lipat lebih mahal dari Pods tempat saya tidur.
Saya hanya bisa senyum waktu itu. Nggak apa-apa. Saya sudah bahagia bisa ikut konferensi, ketemu orang-orang hebat, belajar banyak, meski pulang-pergi naik ojek online, tidur di bunk bed, dan sarapan roti beli di minimarket.
Lalu Juli ini, setahun berselang, saya ke Brawijaya lagi. Tapi kali ini beda. Saya diundang sebagai pembicara dan coach training menulis. Pihak panitia menyediakan penginapan—dan ternyata, saya pun diinapkan di UB Guest House yang dulu hanya saya dengar ceritanya. Kamar nyaman, air panas, sarapan hotel, dan semuanya gratis. Kalau dihitung-hitung, biayanya tujuh kali lipat dari biaya Pods saya tahun lalu.
Saya cuma bisa senyum kecil di balik jendela kamar, melihat Malang pagi-pagi. Masya Allah. Kadang kita cuma punya niat kecil, harapan kecil, atau sekadar ingin—Tuhan bisa kabulkan dengan cara-Nya sendiri. Tiba-tiba. Tak terduga. Hadiah yang datang tepat di waktu yang Dia mau.
Dan saya sadar, keajaiban-keajaiban seperti ini sebenarnya sering sekali terjadi. Tinggal bagaimana kita mau membuka mata, hati, dan rasa syukur.
Terima kasih ya Allah, untuk setiap perjalanan, setiap kejutan, dan setiap cara-Mu yang sering membuat saya takjub.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar