Jika Dua Maestro Bersua


Jika Dua Maestro Bertemu


Siapa yang tidak kenal pak Ahmad Tohari? Siapa yang tak kenal pak Taufik Ismail?

Bagaimana rasanya jika bersua kedua maestro tersebut dalam satu sesi?

Yups, it so wonderful. Dan yang lebih mengesankan adalah saat tak sengaja menemukan momen ketika dua maestro ini bertemu. Saat saya juga hadir dalam Malam Sastra Sedekah Budaya bersama teman-teman penulis dan sastrawan lainnya.


Kedua sastrawan gaek ini meskipun sama-sama senior dan kharismatik tapi sama-sama tetap bersahaja. Sebuah paduan antara prestasi dan  attitude yang sangat indah dan menginspirasi. 

Inilah contoh-contoh  bagaimana semakin hebat, justru semakin tawadlu, rendah hati. Menghargai orang lain, respek dan penuh cinta.  Semakin tinggi, justru semakin merendah. Low profile. 

Pak Ahmad Tohari tak ayal merupakan salah satu pengarang favorit saya dan kalimat-kalimat langsung beliau kepada saya pulalah waktu di Jogja dulu yang  menggetarkan dan menggelorakan semangat saya untuk terus menulis dan mewujudkan harapannya. 

Momen itu terus saya ingat sebagai salah satu pelecut agar tak kendor di jalan kepenulisan ini. 

Sedangkan siapa yang tak kenal dengan pak Taufik Ismail. Kami sekeluarga di rumah menikmati karya-karya gubahannya yang dimusikalisasi oleh  grup musik Bimbo. Rasa ketuhanan, relijiusitas sedemikian kental dan terasa sampai ke sungsum  tulang. Membawa kita, para pendengar dan penikmatnya ini, menjadi trans. 

Subhanallah. Betapa indahnya jika sebuah tulisan bisa menjadi jalan tasawuf bagi penulisnya sendiri maupun penikmatnya. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@diannafi