Novel Sebagai Thoriqoh

usai membaca suluk linglung, berkutat seharian dengan plot-plot dan malam kemarin ngobrol via tweet dengan para alumni futuhiyyah yang padha belajar di amrik, tetiba tercetus dalam benakku beberapa hal.

di antaranya ku-tweetkan dan ku-tumblr-kan. berikut aku copaskan di sini ya.

krn pewarnaan itu penting. dlm cerita, dlm film, dlm pendidikan dll. makanya ada ayat ttg shibgoh.

novel bisa jd slh satu thoriqoh atau jalan. Mengingat apa2 yg termaktub di dalamnya serupa dg apa yg para guru tarekat ajarkan pada salik/pejalan dalam menempuhi tangga spritualnya.
Ada tahap2 di sana dg pewarnaan dan warna2 yg menghalanginya, sehingga menjadi warna yang terjadi setelah pewarnaan.  Hitam, merah, kuning untuk kemudian menuju putih. Catalyst menuju Plotpoint 1, escalating problem menuju plotpoint 2, reversal menuju midpoint, main obstacle menuju klimaks,lalu resolusi. ketika kemudian pada endingnya, pelakon mengalami perubahan, pencerahan.

Sambungan postingan sebelum ini..
Dan sebagaimana thoriqoh yg bermacam2, ada sadziliyah, qodiriyah, naqsyabandiyyah dll, demikian pula novel.
Ada yg tidak bisa membaca genre tertentu krn bukan demikian kecenderungan jiwanya, menganggapnya bullshit dan lebih senang genre lainnya.
Tiap2, masing2, kalau kata ibuku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@diannafi