voice & shibghoh

Sudah lama sekali aku ingin membaca tulisan mbak Maggie.  Pernah sekali mengintip kumcernya di sebuah pameran.  Tapi karena waktu itu uang di kantong sudah habis untuk ngeborong buku buku lain,  aku tidak membawanya pulang. 
Kumcer balada ching ching ditakdirkan berada di tanganku dari segelintir karyanya.  Mungkin karena ini tulisan lamanya, jadi mungkin tidak sehebat yang kubayangkan.  Kalau tulisannya sekarang pastilah lebih berkembang dan bagus.  Kita semua tahu setiap kita memiliki milestone yang harus dilewati untuk menuju lebih baik lagi.
Gaya berceritanya mirip pak as laksana di beberapa bagian. Ndongeng ngalor ngidul gitu,  tapi yang ini terkadang ada kesan lambat,  mengulur dsb. Padahal kalau pak as laksana yang ngedongeng, pembaca terbawa arusnya sambil bisa senyum senyum karena humornya atau satirnya yang terselip di sana.
Yang nggak aku suka adalah banyaknya adegan ranjang di hampir semua cerpen.  Semendetail itu?  Padahal kalau itu dihapus, atau dipersingkat, tidak perlu detail yang hiyyyy...masih tetep jalan lho ceritanya.  Oh ya, sebut saja aku moralis atau apa.  Tapi aku membayangkannya adalah semua tulisan tuh meninggalkan jejak lho pada pembacanya.  Lha kalau pembaca menerimanya sebagai rangsangan atau pelajaran atau pembolehan untuk beradeganspt itu, bukan pada yg halalnya,  apa nggak bahaya?
Semua tulisan dipertanggung jawabkan.  Seharusnya.
Dari kumcer ini,  banyak yang menceritakan tentang penderita penyakit jantung.  Tentang peeselingkuhan.  Aku jadi ingat sebuah novel yang ditulis orang yang setipe dengan mbak Maggie ini,  dalam persepsiku,  yang menulis cerita cerita tentang penderita kanker karena dia sendiri jugapenderita kanker.
Begitulah, penulis membawa'suara' voice dan misinya sendiri sendiri. Tergantung dari latar belakang dan penderitaannya masing masing.
Seperti juga mereka yang mengalami penderitaan psikis,  menuliskanberdasarkan pengalaman mereka dan menyuarakan idealisme mereka dalam cerita ceritanya.
Btw, tentang adegan adegan hot itu sempat terlintas di kepalaku,  mungkin karena mbak maggie menulis versi aslinya dalam bahasa inggris,  meski dia orang indonesia,  dan berasumsi pembacanya orang amerika,  jadilah adegan adegan itu ada.
Kadang Curiganya,  apakah mereka yang suka menulis adegan hot itu justru mereka yang sebenarnya lajang tapi berimajinasi seperti itu. Karena mereka tidak bisa mengalaminya di alam nyata.  Haaaa??! :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@diannafi