Neo Letto dan Ulil-nya Gus Mus (Mereka Yang Kembali Pulang)

Neo Letto dan Ulil-nya Gus Mus (Mereka Yang Kembali Pulang)


Pagi ini pikiran berlompatan dari dan menuju banyak hal. Tentang tanggal 17 yang semestinya anniversary, jumat, purnama, gerhana penumbra, masa ovulasi, kegilaan yang mungkin, dan damai serta keseimbangan juga rodhiyatan mardhiyyah. lalu kejengahan melihat status dan postingan mereka yang mestinya dalam posisinya sebagai yang terhormat tetapi malah menunjukkan ke-ndesoa-annya, disusul jemari yang memilih memencet album letto menemani kerjaan hari ini, membawa cetusan ilham coretan kali ini. Bahwa kita semua pada akhirnya akan kembali ke asali. ke mula dari mana kita berada. Meski kita melanglang buana, melakukan berbagai penjelajahan dan petualangan demi pencarian jati diri dan penampilan eksitensi diri, in the end kita akan kembali pulang.

Seperti  sabrang damar panuluh aka neo letto yang setelah keberhasilannya dalam musik dengan gengs-nya, akhir-akhir ini kembali bergabung dengan ayahnya, Cak Nun, untuk menghidupkan maiyahan.

Bukannya Cak Nun belum mengajak di jaman dulu tentu saja, tetapi bahwa Noe (atau Neo sih?) bergabung kali ini bisa kita lihat karena kemauannya sendiri. Atas panggilan jiwanya, bahwa dia butuh. Bahwa di wadah yang dirintis dan dibangun bapaknya itu toh tidak bertentangan dan bahkan sejalan dengan suara dan perjuangannya.

NAmun tentu saja keberhasilannya selama ini bersama Letto tanpa ada kontribusi dan bayang-bayang nama bapaknya, merupakan bekal tersendiri bagi kepercayaan dirinya. Dan ini membuatnya bisa berdiri tegak dengan dagu terangkat tetapi tidak juga dalam tatapan sombong karena dia telah merasakan pahit manisnya perjuangan dan jatuh bangunnya usaha.




Ulil  Abshar Abdalla adalah contoh lain berikutnya. Islam liberalis yang kemudian mendapatkan banyak pro kontra itu sebenarnya merupakan upayanya untuk keluar dari cangkang dan bayang-bayang nama besar mertuanya, Gus Mus.

Namun bisa kita lihat sekarang, seiring bertambahnya usia, semakin terpanggilnya dia pada rel kebijakan dan hikmah, akhirnya toh ia kembali. Mengajarkan AlHikam-nya Ibnu Athoillah merupakan salah satu sinyal bahwa dia sama sekali tidak keluar jalur kok selama ini. In my humble opinion loh ya.


Islam liberalnya itu ya sebagai wadah kritisnya saja. Tapi dia bukan orang lain. Dia masih dalam rel. Dan sekarang dia kembali pulang. Mengambil salah satu referensi salaf yang juga sangat kusukai, AlHikam. Tentu saja dengan keluasan pengetahuan, wawasan serta pikiran kritisnya, AlHikam justru akan sangat menarik dalam penyajian dan penguraiannya.

Tabik buat gus Sabrang dan gus Ulil!


6 komentar:

  1. kunjungan pertama kali,,

    taunya saya cuman sama band nya letto,hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. sekarang jadi tahu vokalis dan ceritanya ya...meskipun sedikit hehe

      Hapus
  2. Noe bu, bukan Neo :D

    kalo Neo itu Matrix-nya Keanu Reeve

    BalasHapus
  3. Noe dengan Letto-nya cukup membawa warna dalam musik Indonesia... sedangkan Ulil Absar, lebih banyak mendengar berita kontroversinya dibanding "kepulangannya" dan semoga saja benar memang benar2 "pulang" :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin amiin ya robbal alamiin. makasih mbak Retno :)

      Hapus

Adbox

@diannafi