Wisata Minat Khusus: Terbangan Di Kota Wali



Wisata Minat Khusus: Terbangan Di Kota Wali


Kita tahu rebana adalah kesenian yang sudah mentradisi di bumi nusantara, bahkan mendarah daging di kalangan tertentu, seperti kalangan santri dan pecinta habaib serta perindu rasul. Di kota wali Demak, sebagaimana kota santri lainnya, rebana juga mendapat tempat sedemikian rupa sehingga menjadi istimewa dan membawa kesan tersendiri. Selain juga sebenarnya di sana kita memperoleh keindahan dan sensasi tersendiri sebagaimana saat kita menikmati gending dan karawitan.


Di Demak, ada tempat pembuatan rebana serta bedug yang berpotensi untuk sekaligus dijadikan wisata minat khusus. Pemiliknya yang sekarang adalah generasi ketiga sejak sentra rebana ini berdiri. Beliau belajar membuat bedug dan rebana sejak masih berusia sembilan tahun. Dimulai dari hanya dikerjakan oleh anggota keluarga, sampai kemudian akhirnya merekrut beberapa tetangga untuk membantu pengerjaan produksinya. Meskipun segala resep rahasianya tetap ada di tangan pak Mus sendiri, yang pastinya akan dia wariskan pada anak-anaknya yang akan melanjutkan usaha ini.

Pak Mus juga membagikan kepada kami apa saja yang menjadikan usahanya ini masih eksis setelah bertahun-tahun. Tips-nya adalah temen (sungguh-sungguh), tekun, jujur, sabar, nerimo, dan ikhlas. Dan tentu saja satu lagi resep pak mustofa adalah tirakat.




Beliau juga berkenan mengantar kami melihat langsung proses produksi bedug dan rebana di bagian belakang rumah beliau dan rumah putranya.
Wah, ternyata rebana dan bedug itu pembuatannya tidak sesederhana yang kita duga. Kayu trembesi yang dijadikan bahan utamanya, musti dikeringkan dan disimpan dalam jangka waktu satu tahun sebelum bisa digunakan. Supaya kayu tidak mengalami penyusutan yang bisa menyebabkan rebana atau bedug tidak berfungsi dengan baik.








Kulit kerbau dipilih sebagai bahan penampang bedug karena usia rebana ataupun bedugnya jadi bisa lebih panjang. yakni bisa awet sampai dengan dua belas tahun. Sedangkan bedug yang menggunakan kulit sapi biasanya hanya bisa bertahan dalam lima tahun saja, selanjutnya apabila kulit bedugnya sobek atau berlubang , bisa direparasi juga di tempat pak Mus. Kekuatan kulit kerbau ini juga bisa kami saksikan langsung kemarin. Lihat saja bagaimana teman kami yang berat badannya lumayan mantap, bisa dengan santainya loncat-loncat di atas rebana ini.







Rebana atau terbang sendiri menggunakan kulit kambing karena penampangnya lebih pendek. Sedangkan kayunya, bisa menggunakan kayu jati, kayu nangka, duren ataupun kayu lainnya. Semua tergantung pesanan juga harganya.

Oh ya, by the way, baru kemarin ini kami tahu kalau istilah terbang untuk rebana, ternyata maksudnya jika memukulnya (rebana) dengan banTER (keras) maka akan aBANG (merah tangannya).Hihihi...






Proses pengeprasan kulit ke badan atau frame kayu juga tidak sembarangan. Semuanya dilakukan secara manual. Sebab ini membutuhkan feeling of tone dari para pembuat bedug dan rebana. Mereka harus menge-test suara yang dihasilkan alat musik ini. Nada dan bunyi yang dihasilkan mustilah sama di tiga titiknya.

Dan juga musti selaras dengan seperangkat alat yang sama dalam satu paketnya. Sehingga tentu saja tidak bisa sembarangan. Oleh sebab itulah meski beberapa pegawai yang sudah keluar dan mereka ini mencoba untuk juga membuka usaha yang sama, namun nada yang dihasilkan rebana mereka tidak bisa semerdu rebana produk pak Mus.

memang tidak mudah untuk menjadi peniru. iya kan?





Untuk bedug, karena penampangnya sangat lebar maka dibutuhkan dua orang untuk melakukan pelubangan pada kulitnya. Jarak antara dua lubangnya dikira-kira saja, sehingga bentuknya bisa sesuai dengan penampang kayunya.




Melihat betapa unik dan tidak mudahnya pembuatan bedug, juga mahal bahannya, maka tak heran jika harga satu buah bedug saja bisa sampai seharga satu kali pergi haji. Tiga puluh tujuh juta rupiah untuk bedug dengan diameter penampang seratus dua puluh sentimeter.







Asyik dan seru kan? Wisata rebana ini tidak saja menghidupkan dan melestarikan keberadaan alat musik tradisional rebana dan bedug, tetapi juga mendorong seseorang untuk berkreasi seni dan bersinergi dengan tim-nya demi memperoleh keselarasan harmoni.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@diannafi