Semarang Tanah Air Kedua

Semarang Tanah Air Kedua

Aku sadar sudah jatuh cinta pada kota Semarang sedari kuliah teknik arsitektur Undip. Sempat tinggal di Semarang Timur, lalu pindah Semarang Barat, sampai kemudian ke Tembalang. Dari Tembalang bagian depan, sampai ngerasain tinggal di Tembalang bagian belakang yang menuju arah Sigar Bencah.

Realita bahwa pacarku semasa kuliah-lah yang mengenalkanku kota Semarang ini dari semua sisi dan pojoknya, mungkin juga yang membuatku mencintai Semarang. Bahkan kalau dirasa-rasa meski kuanggap sebagai tanah air kedua, sesungguhnya cinta pertama justru jatuh pada kota ini.

Blusukanku melalui jalan-jalan di Semarang, baik yang raya maupun yang tikus, makin menjadi-jadi saat sempat jadi mentor privat. Mengajar matematika, fisika, bahasa Inggris dan mapel lain dari rumah ke rumah. Aku mengerjakannya di sela-sela waktu pas tidak ada perkuliahan, sore atau malam dan hari libur.

Jam terbang blusukan Semarang makin tinggi waktu aku sempat kerja di Researcher AC Nielsen. Pojok sampai pojok lah, dan semakin tahu kalau ternyata di kota Semarang pun ada daerah-daerah yang sama menyedihkannya dengan pedesaan.

Lah,ternyata aku malah dapat orang Semarang pula nikahnya. So, Semarang akhirnya menjadi tanah air kedua secara resmi. *halagh*
Dengan suamiku yang rider, aku jadi makin mengenal daerah  di sudut-sudut Semarang, jalan-jalan tikusnya dan yach bau udaranya entah bagaimana memang berbeda. Membuatku selalu rindu.

Saat kemudian pulang dan tinggal di tempat kelahiranku lagi, tiap memasuki kota Semarang masih dan selalu masih hawa cinta, rindu yang serasa terbayar, kuhidu begitu rodaku menginjak buminya.

sumber: internet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@diannafi