Menyambut Lahirnya Keponakan Baru

Menyambut Lahirnya Keponakan Baru 




Selama pandemi covid-19, terpaksa banget aku jadi jarang keluar rumah. Kalau tidak darurat dan penting banget, memang aku  berusaha untuk stay at home. keluar rumahnya ya kalau ada kebutuhan dan keperluan mendesak. Ada acara kumpul-kumpul keluarga atau tetangga maupun yang lainnya, selalu aku hindari. Ya jaga-jaga saja. Lha wong sudah hati-hati pun kadang bisa kena dan tertular virus covid-19 kan ya. 


Namun setelah hampir setahun pandemi berlangsung, aku mulai memberanikan diri menerima undangan untuk mengisi pertemuan offline. Tentu saja tetap dengan ketat menjalankan protokol kesehatan. Selain  mengisi kelas dan pelatihan, aku juga mulai keluar rumah untuk menghadiri undangan pernikahan serta undangan lainnya. Berani pergi luar kota mengantar ibu untuk melamarkan adiknya yang sudah menduda empat belas tahun. Mengantar ibu datang ke pernikahan koleganya. Mengantar ibu takziyah ke rumah sahabatnya. Mengantar ibu menengok kelahiran keponakan baruku. 


Begitulah ceritanya sehingga pagi-pagi hari itu, kalau tidak salah Minggu pagi, aku mengantar ibu ke rumah sepupuku. Ini anak keduanya, perempuan lagi. Tapi meskipun datang menjenguk, aku tidak berani mendekati bayi baru lahir itu. Cuma berani duduk di dekat pintu dan memandanginya dari kejauhan. Ada rasa ingin menyentuh, memeluk dan menggendongnya seperti biasanya kalau aku mendapatkan keponakan baru. Masih lekat dalam ingatanku, Mei tahun lalu aku juga dapat keponakan baru dari adikku sendiri. Saat itu sudah ada pandemi covid-19, tetapi belum banget terdengar parahnya. Dan karena aku merasa dalam kondisi sehat, saat itu aku berani mendekati keponakanku, perempuan juga. Walaupun aku juga tidak menyentuh dan menggendongnya seperti kebiasaanku menengok bayi baru lahir di waktu-waktu lalu sebelum ada pandemi covid-19. Malah aku merasa terkejut dan sedikit nggak terima ketika justru ada teman adikku yang datang menengok lalu dengan santainya mendekati bayi itu lebih dekat dariku. Duh, terdengar kayak paranoid nggak sih aku nih? Tapi ya gitu, beberapa waktu kemudian bayinya memang mengalami sedikit masalah, dan itu membuat kami semua merasa cemas. Alhamdulillah kemudian semua bisa dilalui dengan baik, dan bayi itu sehat kembali. Syukurlah.


Balik lagi ke keponakan baru yang lahir dari rahim sepupuku, kami melihatnya dimandikan oleh seorang  perawat langganan keluarga. Masih muda tetapi terlihat terlatih. Si bayi kecil itu terlihat keenakan saat dipijat setelah mandi. Aku membantu mengambilkan benda-benda yang dibutuhkan sesuai instruksi sang perawat. Ada handuk, minyak bayi, bedak, kain-kain untuk membuatnya terbungkus dengan nyaman - pakaian bayi gitu deh. Pada suatu waktu aku pernah ingin banget punya bayi lagi. Seiring waktu dan bertambahnya usia, keinginan itu perlahan memudar. Kayaknya bakalan repot ya kalau punya bayi kecil lagi. Tapi saat ini segala hal ada bantuannya. Jadi ingat ada sebuah layanan yang bisa diandalkan. Alhamdulillah dengan Halodoc, layanan kesehatan  jadi lebih mudah, aman dan nyaman, dapat ditangani lebih cepat. Karena Halodoc selalu siap memberikan kemudahan layanan kesehatan untuk kita dan keluarga, di mana saja kapan saja. Sehat Jadi Lebih Mudah, karena ada dokter, apotek, rumah sakit, dan asuransi terintegrasi  dan  memenuhi kebutuhan medis setiap saat, yang disediakan oleh Halodoc.

 

Sekarang sih aku cukup senang aja melihat keponakan-keponakan yang lucu, mendengar tangisan mereka, melihat mereka tertawa-tawa. Melihat mereka tidur dengan damai saja  rasanya sangat menenangkan sekali.  Gak terasa satu jam lebih kami habiskan bersama bayi baru lahir ini, saatnya kami pamitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@diannafi