#ngemil baca Fira Dan Hafez
Sama-sama memoar dan sama-sama ditulis dalam bahasa lugas dan bahasa keseharian, ternyata hasilnya beda banget lho. Contohnya ya tulisan mbak Fira Basuki ini, dibanding dengan tulisan bu NH Dini yang kuulas dalam postingan sebelum ini.
Kemungkinan usia, kebijaksanaan dan juga milestone punya pengaruh besar dalam hal ini. Kelihatan sekali 'keakuan' mbak Firbas dalam tulisannya, dan ini mau tak mau membuat pembaca sedikit jengah. Sedangkan meski sama-sama menceritakan dirinya, tapi bu NH Dini lebih 'down to earth'.
Terlalu banyak kata 'saya' di tulisan mbak Firbas, sedangkan bu NH Dini mengemukakannya dalam keterpaduan cerita yang tidak menjemukan, banyak menceritakan sekitarnya, baik lingkungan maupun orang-orang yang berkaitan dengan dirinya.
Sehingga lebih banyak persepsi dari sudut pandang 'saya'nya mbak Firbas, sedang bu NH Dini dengan bijak menampilkan apa adanya sesuatu.
Jadi ingat cuitan akun baru yang cukup kritis di twitter, kalau yang ini berkaitan dengan agama, but relevan juga sih dengan bagaimana kita memandang dunia dan kehidupan.
Wahyu itu ontologis, eksistensial dan objektif. Persepsi anda tentang wahyu adalah epistemologis, esensial dan subjektif.
btw, di bab-bab belakangnya ketika kemudian cerita tentang Hafez mengemuka, mau tak mau memang air mata menitik. teringat suamiku sendiri yang juga wafat kecelakaan. bagaimana keduanya (suami mbak firbas maupun suamiku alm) adalah sedikit dari pria yang sangat penyayang, asih, dan punya sesuatu yang tidak dimiliki lelaki kebanyakan.
mbak firbas pastilah menuliskan dengan sepenuh perasaan dan emosinya sehingga tulisan itu juga menyentuh emosi pembacanya.
buku ini memperlihatkan pada kita, bahwa cinta itu ada, dan bukan cuma utopia.
Peta Kesultanan Demak
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa dan ada sesudah era Kerajaan Majapahit. Sebagian raja Demak adalah turunan raja-raja Majapahit, termasuk Raden Patah –sang pendiri Kerajaan Demak. Dikutip dari versesofuniverse.blogspot.com , pada tahun 1515, Kerajaan Demak sudah berwilayah dari Demak sampai Cirebon. Pada tahun 1546, Kerajaan Demak sudah semakin luas wilayahnya termasuk Jambi, Palembang, Bangka, Banten, Sunda Kalapa, dan Panarukan di Jawa Timur. Tahun 1588 Demak lenyap dan penerusnya berganti ke Pajang yang merupakan pendahulu kerajaan/kesultanan di Yogyakarta dan Surakarta sekarang. Runtuhnya Kerajaan Demak tak berbeda dengan penaklukannya atas Majapahit. Peristiwa gugurnya tokoh-tokoh penting Demak saat menyerang Blambangan yang eks Majapahit, dan rongrongan dari dalam Demak sendiri membuat kerajaan makin lemah dan akhirnya runtuh dengan sendirinya. Sebuah pelajaran dari sejarah –cerai-berai dari dalam akan membahayakan kesatuan dan persatuan. Lokasi Kera
0 Komentar