Diskusi Literasi Di Gramedia Amaris
Sabtu siang itu kakiku menjejak kembali lantai dua Gramedia Amaris. Kali ini event-nya diskusi literasi dengan orang-orang yang sangat kompeten di bidang sastra.
Mas Aulia, pimred sebuah media massa yang cukup besar di Semarang mengurai secara jelas, dalam, dan menukik sekali tentang bagaimanakah sebuah cerpen sebagai cerita hadir di tengah ramainya kehadiran berita-berita yang disajikan bagai cerita saja. Jadi di manakah kedudukan cerpen sekarang ini? Bagaimanakah semestinya dia hadir dan disajikan?
Cerpen semestinya bukanlah sesuatu yang menampilkan apa adanya berita yang sehari-hari kita bisa lihat, dengar dan saksikan di banyak media ini, tapi semestinya dia bisa menyegarkan dan berbeda. Jadi cerita seharusnya adalah bagaimana dia berada di luar dari realita yang ada.
*bersambung ya....catatannya ada di note-ku yang keslimpet di tasku yang lain.hehe*
Peta Kesultanan Demak
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa dan ada sesudah era Kerajaan Majapahit. Sebagian raja Demak adalah turunan raja-raja Majapahit, termasuk Raden Patah –sang pendiri Kerajaan Demak. Dikutip dari versesofuniverse.blogspot.com , pada tahun 1515, Kerajaan Demak sudah berwilayah dari Demak sampai Cirebon. Pada tahun 1546, Kerajaan Demak sudah semakin luas wilayahnya termasuk Jambi, Palembang, Bangka, Banten, Sunda Kalapa, dan Panarukan di Jawa Timur. Tahun 1588 Demak lenyap dan penerusnya berganti ke Pajang yang merupakan pendahulu kerajaan/kesultanan di Yogyakarta dan Surakarta sekarang. Runtuhnya Kerajaan Demak tak berbeda dengan penaklukannya atas Majapahit. Peristiwa gugurnya tokoh-tokoh penting Demak saat menyerang Blambangan yang eks Majapahit, dan rongrongan dari dalam Demak sendiri membuat kerajaan makin lemah dan akhirnya runtuh dengan sendirinya. Sebuah pelajaran dari sejarah –cerai-berai dari dalam akan membahayakan kesatuan dan persatuan. Lokasi Kera
0 Komentar