Writravelicious Liburan Akhir Tahun

Writravelicious Liburan Akhir Tahun







Akhir tahun selalu menjadi waktu yang tepat untuk liburan karena anak-anak juga punya waktu dua minggu liburan sekolah.

Alhamdulillah dari tahun ke tahun, ndilalah selalu saja ada acara jalan-jalan di akhir tahun yang sekaligus menjadi kesempatan untuk liburan. Sejenak lepas dari rutinitas harian, mencecap pengalaman baru, mengunjungi tempat-tempat baru dan tentu saja menambah keakraban tali kasih sayang dengan keluarga tercinta.

2009
Akhir tahun 2009, makkah madinah
Alhamdulillah akhir tahun berkah itu, Allah menganugerahi kami kesempatan untuk menziarahi haromain. Bersama dua adikku, iparku dan bulik paklik serta simbah kakung putri kami menikmati thawaf, sai dan juga ziarah ke tempat-tempat bersejarah di kota suci. Rasanya too good to be true. Dan tentu saja masih ingin ke sana lagi. Aaamiin.. aamiin.


2010
Akhir tahun 2010,  akhirnya aku berjumpa langsung dengan rekan nulis duetku yang anak asli Wonosobo. Setelah sebelumnya kami cuma berjumpa via dunia maya bertahun-tahun. Bersama komunitas pembaca dan penulis Secoteng, kami berjalan-jalan ke tempat-tempat wisata di seputaran Wonosobo. Ke Dieng tentu saja. Dan meskipun hujan, kami tetap bisa bersenang-senang.




Akhir tahun 2011, bandung
Waah ini yang seru banget kalau kita terjun ke dunia kepenulisan. Selalu ada tantangan baru, teman baru dan petualangan-petualangan baru.

Begitulah ketika akhirnya aku menjajal masuk rimba kepenulisan cerita anak. Beruntung sekali salah satu naskahku dipilih oleh juri dari Penulis Bacaan Anak dan Komunikasi Pemberantasan Korupsi. Sehingga aku dapat hadiah pelatihan gratis selama tiga hari di Bandung.

Dan tentu saja, di sela-sela pelatihan yang berlansgung di hotel tengah kota Bandung itu, aku menyempatkan diri untuk jalan-jalan di seputaran Bandung. Menikmati kulinernya, menjajal angkutan umumnya, mencicipi mall-mallnya juga. Halagh. Menghirup udara segarnya, menikmati hijau pepohonannya dan mengunjungi teman-teman yang tinggal di Bandung juga. 



Akhir tahun 2012, kami  liburan ke Jakarta

Meskipun ke Jakarta tidak satu dua kali, tetapi pergi ke Jakarta selalu menyenangkan. Entahlah kenapa. Tetapi Jakarta itu sesuatu deh. Jakarta itu cinta.

Akhir tahun itu, kami sekeluarga pergi ke ibu kota naik bis besar banget. Bersama rombongan seluruh keluarga besar yang berasal dari Demak, Semarang, Magelang dan Solo kami  menghadiri perhelatan pernikahan sepupu kami. Ibu Sri Mulyani Menteri Keuangan  juga hadir di pesta sepupu kami itu, karena kebetulan sekantor.

Usai pesta, tentu saja kami jalan-jalan ke Istiqlal, Monas, dan belanja di Mall sejuta umat. Hayo tebak mall yang mana hayo? Hehehe





Akhir tahun 2013 kami ke Ubud dan Denpasar


Bersama dua anakku, kami bersenang-senang di Ubud   selama satu minggu itu. Menikmati trotoar-trotoar kayak bule-bule itu, berlari-larian dari satu venue ke venue lain. Mengunjungi berbagai pura dan museum.

Dari Ubud kami ke Denpasar, mengunjungi teman, lalu bersamanya  mengunjungi kampong muslim dan pesantren di Bali. Termasuk Raudhatul huffadz yang terletak di Tabanan. Pak Kyai Nur pengasuh pesantren ini ternyata berasal dari Demak. Datang ke Tabanan tahun 1975. Dari majlis pengajian kecil yang hanya mengajar dua tiga orang yang tinggal di sekitar rumahnya, sekarang sudah menjadi pesantren dengan ratusan santri mukim. Bahkan memiliki MI, MTS dan MA dengan gedung masing-masing. Subhanallah. Ternyata beliau ini juga yang berinisiatif mengadakan ziarah wali pitu di Bali. Dengan tujuan agar para wisatawan muslim yang datang ke Bali tidak hanya berwisata pantai dan semacamnya, tetapi juga berdzikir. Pak Kyai Nur mengisahkan dulu ada utusan dari Sunan Kalijogo memang datang untuk mendakwahi para pelarian dari Majapahit yang tinggal di Bali. Tetapi sudah ada unen-unen, bahwa hanya orang yang berasal dari Demaklah yang akan sanggup tinggal lama dan bersama-sama para penduduk Bali ini. Bagaimana kebenaran legenda atau mitos ini, mungkin bisa dicari tahu lebih dalam. Tapi pak Kyai Nur, Alhamdulillah, sudah menjadi bukti nyata kegigihannya berdakwah dengan tetap bersanding bersama-sama pemeluk kepercayaan yang lain. Hanya saja menurut pak Nur, sejak adanya bom dan terorisme, kerukunan yang dulu tercipta baik, kini tidak sehangat dulu. Tetap saja ada kewaspadaan oleh aparat dan lainnya jika ada muslim yang bermaksud mendirikan majlis taklim atau bangunan ibadah yang baru di Bali. Jadi terorisme tidak saja merugikan mereka yang di luar Islam. Mereka bahkan juga merugikan Islam dan umat Islam itu sendiri.
Yang ajib, semua santri di sini tidak membayar alias gratis. Bahkan mereka juga disekolahkan. Jadi seperti  di Tarim Hadrom maut Yaman. Kemudian selulus Aliyah (setingkat SMA) para santri yang hafal Alquran mendapat beasiswa untuk kuliah di Universitas dan Kampus yang sudah ada kerjasama dengan pesantren.





Kalau akhir tahun 2014 aku dan kedua anakku kelilingan Jawa Timur, dari Banyuwangi, Surabaya, Mojokerto sampai Tuban.
Selain untuk melakukan riset guna novel  sekalian berkunjung juga ke salah satu pesantren tertua di sana. Rencananya kami akan menginap di pesantren karena aku ingin anak-anakku lebih menyerap lagi gaya pendidikan 24 jam pesantren, tapi batal karena tempatnya pelosooook sekali. Sehingga kami akan kesulitan keluar dari sana.

Jadilah kami sekalian pulang alias balik ke kota tempat peradaban berada bareng hard top sewaan. Hehe. Kami menginap di hotel Ketapang Indah yang nyaman dan bahkan berkesempatan sarapan bareng Bupati yang terkenal itu, Pak Azwar Anas yang keren.

Ceritanya seperti pagi sebelumnya aku dan anak-anak mengambil tempat makan di meja yang menghadap laut dan pulau Bali. Nah, pagi itu kok rasa-rasanya ada yang aneh ya. Seorang laki-laki tinggi besar kayak preman gitu tiba-tiba duduk di depan meja kami. Karena kan satu meja bisa buat empat sampai lima orang, sementara aku hanya bertiga dengan anak-anak. Dia menaruh barang bawaannya yang besar dan panjang di salah satu kursi yang kosong di sebelahnya.

Beberapa saat kemudian ada beberapa orang yang setipe dengannya juga masuk ke area makan ini. Mereka duduk di meja sebelah dan tampak berbisik-bisik. Lalu beberapa orang yang tampak necis banget datang juga, duduk di meja sebelahnya lagi. Anak-anakku sih cuek saja. Mereka asyik dengan santapan paginya dan cerita seru kejadian-kejadian di hari dan malam sebelumnya saat kami menikmati ulang tahun kota Banyuwangi di alun-alun. Semalam itu aku hanya bisa menikmati penampilan pak Bupatinya dari kejauhan. Eh tiba-tiba semua orang yang berada di meja sebelahku dan sebelahnya lagi juga pria di depan kami itu berdiri seperti menyambut seseorang.

Ya Allah! Aku hampir terjengkang saking kaget dan excitednya. Siapa sangka ternyata pagi itu aku malah sarapan bareng pak Azwar Anas. Whoaaaaa..

Dari Banyuwangi, kami lanjut naik kereta ke Surabaya. Karena anakku penasaran banget dengan yang namanya jembatan Suramadu, akhirnya kami naik taksi ke sana. Hanya untuk menyeberang sebentar ke Pulau Madura dan balik lagi.

Di Surabaya kami berkunjung ke rumah sekaligus kantor seorang teman yang sekarang jadi budhe-nya anak-anak. Ahay.

Setelahnya kami ke Mojokerto dan akhirnya kesampaian menginap di sebuah pesantren milik seorang teman maya. Anak-anak menikmati pengalaman ini, berinteraksi dengan pengasuh pesantren dan lainnya. Sementara aku juga dapat banyak bahan ketika riset di beberapa peninggalan dan situs kerajaan Majapahit di sekitaran Mojokerto.

Setelahnya kami ke Jombang, lalu ke Tuban. Sepanjang perjalanan, banyak sekali orang menanya-nanyai, kok cuma bertiga, mana ayahnya. Dan biasanya aku Cuma senyum-senyum saja. Sedangkan anak-anak karena sibuk memperhatikan jalanan biasanya jadi tidak menyahuti pertanyaan-pertanyaan yang mungkin bagi mereka sangat membosankan karena saking seringnya mendengar.

Menginap di pesantren Langitan adalah salah satu pengalaman yang menakjubkan dan penuh kesan. Pesantren ini terkenal ‘keangkeran’ dan ‘keeksklufisannya’ karena saking tua dan kunonya. Dan kami ada di sanaaaaa, menyaksikan banyak hal yang membuat kami terkejut-kejut dan ternganga-nganga. Wuaahh….. Akhirnya perjalanan seminggu ke beberapa kota dan pesantren di Jawa Timur itupun berakhir.



Akhir Tahun 2015 nya  sempat jalan-jalan ke Medan.

Sejak adikku berpindah-pindah tempat tinggal di luar pulau Jawa karena tugas, hati rasanya ingin berlari mengunjunginya. Tapi apa daya biayanya tidak mungkin sedikit,  jadi selama itu saya hanya bisa berharap suatu saat impian itu bisa menjadi kenyataan.
Sehingga kemudian datanglah berita baik yang membuat saya gembira bukan main. Saya diundang untuk bedah buku dan mengisi pelatihan di Medan, dekat dengan tempat tinggal adik saya saat itu. Wow! Saya sampai jingkrak-jingkrak. Sebelum-sebelumnya gara-gara menulis ini juga saya akhirnya bisa mengunjungi banyak tempat dan melakukan banyak perjalanan secara gratis. Karena bedah buku, mengisi pelatihan ataupun melakukan riset ke kota-kota lain. Ke Solo, Jogja, Banyuwangi, Ubud, Denpasar, Lamongan, Salatiga, Ambarawa, Mojokerto, Surabaya, dan lainnya.
Tapi ke Medan? Wah! Ini kejutan! Terutama karena impian saya untuk bisa mengunjugi adik saya dan anak-anaknya akan segera terwujud. Adik saya pun bersuka cita dengan berita ini.

Kami sempat ketar ketir ketika jadual penerbangan ke Medan dan sekitarnya sedang mengalami banyak penundaan karena ada kasus kebakaran hutan saat itu. Saya deg-degan juga, khawatir kalau rencana itu jadi batal. Duh.
Alhamdulillah rupanya Tuhan berkehendak kami bertemu juga. Jadual penerbangan saya lancar. Kebetulan sehari sebelumnya hujan turun deras sehingga kabut asap menipis.
Saat saya tiba di rumah mereka, sekitar satu jam perjalanan dari Medan, keponakan-keponakan saya lari dari dalam rumah menyambut kedatangan budhenya itu.
"Budheeee..." teriak mereka sambil lari kemudian memeluk saya satu persatu.
Ada yang mengalir hangat di pipi, pertemuan indah  ini siapa sangka datangnya dari keasyikan saya menulis dan terus menulis. Kita tak pernah tahu ke mana akhirnya ujung dari keasyikan itu.
Selain bercengkerama dan menginap di rumah adikku, perjalanan ke Medan itu juga membawa saya mengunjungi banyak tempat-tempat bersejarah di sana. Tentu saja semua dilakukan di sela-sela waktu sebelum dan sesudah mengisi pelatihan.



indonesiana-12142418_642020092567232_1122024596_n.jpg


Lalu akhir tahun 2015 itu juga ke Jabodetabek lagi karena kebetulan ada saudara yang nikah di Jakarta pas sekitaran akhir tahun itu. Yang agak beda dari kunjungan ke Jakarta sebelum-sebelumnya, kali ini kami sempat mampir ke Taman Buah Mekar Sari.

 


Liburan akhir tahun 2016 kemarin, aku dan anak-anak alias three musketeers menginap di hotel Oak Tree Semarang. Kebetulan kami dapat gratisan nih. Kisah lengkapnya ada di postingan writravelicious goes to oak tree



Kami sempat juga jalan-jalan ke Solo dan Wonogiri


Terus masih disambung dengan liburanku sendiri  ke Jogjakarta, Westlake Resort, karena menjadi  Mombassador sebuah produk susu untuk anak-anak.





Sore sebelum malam tahun barunya, aku dan anak-anak kembali jalan-jalan ke beberapa tempat, termasuk mengulik tumpukan buku di pameran depan Wonderia Semarang





Jadi, begitulah cerita liburan akhir tahunku, mbak Uniek dan Novi
Tentu saja kisah dari tahun ke tahun. Kalau tahun ini, kami cuma mau ke Batang buat manten-an sepupuku, lalu ke Gunung Pati manten-an sepupuku yang lain. ahaha.. liburan murah meriah kan yaaa...



**
Untuk  kerjasama  review, liputan, event, narsum dll
For reservation,  review and any other collaboration
please do not hesitate to contact at 085701591957 (sms/wa)
Line: diannafi57

4 komentar:

  1. Mba Dian, aku penasaran sama Westlake Resortnya nih. Ajakin keluarga ke sana buat staycation asyik tentunya yaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. asyik buat honeymoon kayaknya mbak hehehe :D

      Hapus
  2. Asyik ya liburannya kemana-mana..aku liburan di rumah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. di rumah malah ngirit mak. tahun ini aku juga banyak di rumah :D

      Hapus

Adbox

@diannafi