Gradis Kretek, Cengkeh Dan Batik Kudus




Gradis Kretek, Cengkeh Dan Batik Kudus


Kita tak bisa memungkiri betapa kaya rayanya negeri kita ini. Sampai-sampai banyak bangsa dari seluruh penjuru dunia datang ke Indonesia untuk turut menikmati hasil buminya, termasuk rempah-rempah. Dalam sejarah tertulis bahwa Demak-kota kecil kelahiranku- waktu itu menjadi pintu bagi lalu lintas para pelaut seluruh dunia. Mereka masuk bermaksud membeli rempah-rempah yang datang dari Jawa bahkan Nusantara bagian timur maupun bagian barat.  
Gemah Rempah Mahakarya Indonesia inilah yang di kemudian hari malah membawa petaka bagi negeri kita. Karena ada beberapa dari mereka yang datang tidak lagi untuk berdagang, tetapi hendak mendapatkan hasil bumi ini dengan Cuma-Cuma alias gratis. Kolonialisme pun bercokol di Indonesia selama ratusan tahun. Astaghfirullah. Jika ingat lagi masa-masa itu rasanya geraaam sekali dan jengkel. Kok bisa-bisanya ratusan tahun dijajah dan dianiaya, dikeruk kekayaannya. Bahkan tidak hanya oleh satu Negara, ada Portugis, Belanda, Sekutu (Inggris dan Amerika) juga Jepang. Tega-teganya mereka. Setelah kita merdeka pun ternyata penjajahan sebenarnya tidak benar-benar pergi. Mereka masih berada di sini tapi dalam bentuk lain, penjahat kerah putih.
Tapi memang saking kayanya bumi Indonesia, meskipun dikeruk beratus tahun tetap saja menghasilkan. Subhanallah walhamdulillah, betapa gemah ripahnya negeri ini.
Sebenarnya aku ingin mengulik rempah yang mungkin banyak dihasilkan oleh kota kelahiranku, Demak. Tetapi kota kecil ini terkenalnya dan kebanyakan memang justru menghasilkan buah belimbing dan jambu, selain tentu saja ikan karena beberapa daerahnya adalah pantai. Oh ya, dan tentu saja beras karena sawah-sawahnya yang lumayan masih banyak dan luas. Tetapi rempah, empon-empon, sepertinya kurang ada yang menonjol.
Lalu aku melirik ke kota sebelah, Kudus. Kebetulan sekali kota kelahiran adikku ini punya pabrik-pabrik rokok yang banyak dan besar pula. Rokok kretek ini bahan dasarnya adalah tembakau dan cengkeh.

Penduduk Indonesia mulai mengenal tembakau pada abad ke-17 melalui bangsa Eropa. Saat ini, Indonesia terkenal sebagai salah satu negara penghasil tembakau kualitas terbaik di dunia. Ada lebih dari 100 varietas tembakau yang tumbuh di Indonesia, di atas lebih dari 250 ribu hektar lahan yang mayoritas berlokasi Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok. Ada banyak hal yang mempengaruhi cita rasa serta kandungan nikotin di dalam daun tembakau, yaitu jenis dan ketinggian tanah tempat tumbuhan tersebut ditanam, curah hujan, cuaca, serta tradisi bercocok tanam para petani.
Penanaman tembakau biasanya dilakukan pada bulan April. Butuh waktu sekitar enam bulan kemudian untuk memanen tembakau. Setelah dipanen, dauh tembakau kemudian disobek-sobek dengan tangan dan dikeringkan di bawah terik sinar matahari selama dua hari. Kemudian, daun tembakau tersebut dipilah berdasarkan kualitasnya untuk kemudian dijual kepada pabrik rokok. Di pabrik, daun tembakau ada yang langsung digunakan, namun ada pula yang disimpan hingga bertahun-tahun, sesuai dengan resep yang dibutuhkan untuk membuat kretek merek tertentu.
Seperti tembakau, tanaman cengkeh juga tumbuh subur di Indonesia. Bagian dari tanaman cengkeh yang biasa digunakan adalah bagian bunga yang belum mekar. Meski dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh banyak bangsa di seluruh dunia—mulai dari India sampai Eropa, dulu pohon cengkeh hanya tumbuh di “pulau rempah” Maluku. Itu sebabnya cengkeh dihargai dengan nilai tinggi dan diburu oleh banyak orang.
Rempah berharga ini juga secara tidak langsung ikut andil membentuk negara Indonesia seperti saat ini. Tak kurang dari bangsa Belanda, Inggris, Spanyol, dan Portugis, dulu saling berebut ingin menguasai dan mendominasi perdagangan cengkeh di Indonesia.
Meski kini cengkeh sudah dibudidayakan di negara-negara lain, Indonesia tetap menjadi penghasil cengkeh terbesar di dunia. Ini merupakan suatu berkah, karena industri kretek di membutuhkan pasokan cengkeh yang besar setiap tahunnya, atau sekitar sekitar 95% dari hasil cengkeh sedunia. Pohon cengkeh membutuhkan waktu setidaknya lima tahun untuk tumbuh dewasa dan siap dipanen. Bunga cengkeh dipetik dengan tangan oleh para pekerja, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah itu, cengkeh ditimbang, dijual, kemudian dirajang dengan mesin sebelum ditambahkan ke dalam campuran tembakau untuk membuat kretek.
Komponen terakhir dalam pembuatan kretek adalah saus, yang terbuat dari beraneka rempah dan ekstrak buah-buahan untuk menciptakan aroma serta cita rasa tertentu. Selain komposisi campuran tembakau dan cengkeh, saus inilah yang menjadi pembeda antara setiap merek dan varian kretek.
Tembakaunya untuk pabrik kretek Kudus kebanyakan dari Demak juga lho, selain Purwodadi dan Kudus sendiri. Cengkehnya kukira tadinya dari daerah pegunungan macam Muntilan dan Magelang, karena dari yang kubaca di novel Gadis Kretek-nya Ratih Kumala awal mula pabrik rokok itu ya dari Muntilan. Kemudian karena peristiwa 1965 dan banyak orang melarikan diri dan mengungsi, pindahlah pabrik rokok di Muntilan itu ke Kudus ini.
Namun kemudian setelah kutelaah lagi, ternyata di Kudus pun ada kebun cengkehnya. Terutama tentu saja di daerah pegunungannya, yaitu Muria.
Cengkeh ini menarik lho. Aku juga baru tahu setelah membaca novel Gadis Kretek itu. Tadinya kupikir kretek alias rokok itu kan berbahaya sekali. Tetapi justru di jaman dahulu pada masa-masa awal diperkenalkannya rokok ke masyarakat kita, kretek justru dianggap sebagai  obat penyakit asma. Tersebab oleh kandungan cengkeh di dalamnya. Wuoh! Iya tho?
Lokasi perkebunan cengkeh ada di  Kecamatan Dawe, Gebog. Produksi cengkeh sekitar  40.061 kg dengan produksi terbesar di Kecamatan Gebog.
Cengkih (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkih adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkih ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan Sri Lanka.
Pohon cengkih merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10–20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkih akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5–2 cm.

Penggunaan

Cengkih dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Terutama di Indonesia, cengkih digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkih juga digunakan sebagai bahan dupa di Republik Rakyat Tiongkok dan Jepang. Minyak cengkih digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Daun cengkih kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50-100 gram daun cengkih kering per tanaman[1].

Sejarah cengkih

Pada abad yang keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang yang mendekatinya untuk sebelumnya menguyah cengkih, agar harumlah napasnya. Cengkih, pala dan merica sangatlah mahal pada zaman Romawi. Cengkih menjadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan. Pada akhir abad ke-15, orang Portugis mengambil alih jalan tukar menukar di Laut India. Bersama itu diambil alih juga perdagangan cengkih dengan perjanjian Tordesillas dengan Spanyol, selain itu juga dengan perjanjian dengan sultanTernate. Orang Portugis membawa banyak cengkih yang mereka peroleh dari kepulauan Maluku ke Eropa. Pada saat itu harga 1 kg cengkih sama dengan harga 7 gram emas.
Perdagangan cengkih akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke-17. Dengan susah payah orang Prancis berhasil membudayakan pohon Cengkih di Mauritius pada tahun 1770. Akhirnya cengkih dibudayakan di Guyana, Brasilia dan Zanzibar.
Pada abad ke-17 dan ke-18 di Inggris harga cengkih sama dengan harga emas karena tingginya biaya impor. Sebab cengkih disana dijadikan salah satu bahan makanan yang sangat berkhasiat bagi warga dan sekitarnya yang mengonsumsi tanaman cengkih tersebut. Sampai sekarang cengkih menjadi salah satu bahan yang diekspor ke luar negeri.
Pohon cengkih yang dianggap tertua yang masih hidup terdapat di Kelurahan Tongole, Kecamatan Ternate Tengah, sekitar 6 km dari pusat kota Ternate. Poho yang disebut sebagai Cengkih Afo ini berumur 416 tahun, tinggi 36,60 m, berdiameter 198 m, dan keliling batang 4,26 m. Setiap tahunnya ia mampu menghasilkan sekitar 400 kg bunga cengkih.[2]

Kandungan bahan aktif dalam bunga dan buah cengkih

Minyak esensial dari cengkih mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkih sering digunakan untuk menghilangkan bau napas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkih yang bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkih juga digunakan dalam campuran tradisional chōjiyu (1% minyak cengkih dalam minyak mineral; "chōji" berarti cengkih; "yu" berarti minyak) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan pedang mereka.
Tanaman asli Indonesia ini bentuknya yang mungil, memiliki batang pohon yang besar dan berkayu keras. Bahkan tanaman cengkeh ini mampu berumur sampai ratusan tahun dengan tingginya yang mencapai 30 – 40 meter. Oleh masyarakat Indonesia tanaman tersebut banyak digunakan sebagai bumbu masak untuk pelengkap rasa hidangan makanan tersebut. Tanaman cengkeh ini dapat tumbuh dengan baik didaerah yang beriklim tropis yaitu di Indonesia. Selain untuk digunakan untuk bumbu tanaman cengkeh ini memiliki banyak khasiat sekali.
minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif. Banyak zat terkandung dalam minyak cengkeh yaitu antibiotik, anti-virus, anti-jamur dan memiliki khasiat sebagai antiseptik. Selain itu ditemukan pula sekitar 60-90 persen eugenol dalam minyak cengkeh.
Kandungan lain yang tedapat di dalamnya adalah zat mangan, asam lemak omega 3, magnesium, serat, zat besi, potasium dan juga kalsium. Vitamin yang diperlukan oleh tubuh juga ada di dalamnya terutama vitamin C dan vitamin K.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa minyak cengkeh dapat mengurangi peradangan dalam tubuh, meningkatkan sistem kekebalan tubuh secara alami, memperlancar sirkulasi darah, meningkatkan metabolisme serta membantu mengatasi stres dan depresi dari khasiat cengkeh.
Berikut ini beberapa khasiat cengkeh untuk kesehatan :
  • Mengatasi sakit gigi > Jika anda mengalami gigi yang berlubang maka sumbatlah dengan kapas yang sudah ditetesi dengan minyak cengkeh tersebut.
  • Mengatasi batuk > anda pusing dengan penyakit batuk yang tidak sembuh – sembuh, tidak usah khawatir dulu, caranya campur cengkeh tersebut dengan garam lalu kunyah sehingga dapat membantu mengeluarkan dahak anda tersebut.
  • Mengatasi masuk angin > badan tidak enak, keringat terasa dingin dan mual – mual itu tandanya anda sedang mengalami masuk angin, anda pengen obat alami caranya sebagai berikut: 5 butir cengkeh, 5 gr kayu manis, 5 gr biji pala, 5 butir merica semua dihaluskan hingga menjadi bubuk lalu diseduh dengan 100 cc air panas kemudian diminum.
  • Menghilangkan bau mulut > jika anda sedang bingung obat apa yang bisa menghilangkan bau mulut, anda tidak perlu khawatir karena ada obat yang secara alami yaitu dengan 10 butir cengkeh dicuci lalu diseduh dengan 200 cc air panas, diamkan selama 5 menit kemudian di saring dan airnya di pakai untuk kumur-kumur, lakukan setiap hari secara rutin.
  • Menghitamkan alis mata > inilah caranya: 5-7 buah cengkeh kering dibakar sampai hangus, kemudian di tumbuk sampai halus dan di tambah minyak kemiri secukupnya, oleskan pada alis mata pada sore hari dari khasiat cengkeh
Itulah secara singkat tentang beberapa khasiat cengkeh untuk kesehatan.
Ada lagi yang unik dari rempah satu ini, karena dia digunakan sebagai inspirasi bagi motif batik di Kudus Kota Kretek. Jadi salah satu batik khas dari Kudus adalah Batik Motif Cengkeh Menara. Menara ini maksudnya menara masjid Kudus yang juga terkenal itu, yang menjadi bukti akulturasi Islam dengan  kebudayaan Hindu yang telah dulu ada di Nusantara.

Referensi :
http://www.gudanggaramtbk.com/kretek/tentang_tembakau_dan_cengkeh






6 komentar:

Adbox

@diannafi