Petualangan Karir

Mungkin ada banyak orang yang juga mengalami petualangan sepertiku. Meloncat dari satu karir ke karir yang lain. Mungkin juga karena sifatku yang pembosan dan punya keinginan untuk bertualang jadi ada banyak macam karir yang kucicipi, ingin tahu rasanya.
Semua dimulai sejak belum lulus kuliah. Saat masih duduk di semester lima, aku mulai magang di sebuah konsultan arsitek. Alih-alih ingin belajar desain dan manajemen proyek, kesempatan yang datang padaku waktu itu justru membuat studi berkenaan dengan revitalisasi bangunan reservasi di kabupaten Salatiga. Sebuah pengalaman baru yang mengantarku mengenal dan mulai mencintai sesuatu yang berbau budaya dan sejarah. Seusai magang, aku berkonsentrasi mengerjakan tugas akhir.  Kemudian sambil menunggu kelulusan, aku menyibukkan diri dengan membuka toko souvenir di rumah. Bahkan aku membuat sendiri souvenirnya dari berbagai macam bahan. Kain, perca, kain fanel, dan bahkan merajut. Sempat kursus menjahit juga karena ingin bisa membuat baju sendiri. Iseng banget ya?
Ternyata bosan melandaku kembali, jadi aku langsung bergegas berangkat meninggalkannya ketika seorang teman mengajakku bergabung di SRI Survey Research Institute AC Nielsen. Kerjaannya asyik karena harus bertemu dengan responden yang berbeda tiap hari. Dan Karena lokasinya merata hampir seluruh Semarang, aku semakin blusukan dan menguasai medan, berkendara dari pojok ke pojok, ujung ke ujung. Menyenangkan sekali. Perpaduan antara belajar komunikasi, psikologi dan jalan-jalan.
Mungkin memang sudah jalannya aku harus kembali ke dunia arsitektur, aku akhirnya lompat lagi. Kebetulan aku patah hati di tempat kerjaku di AC Nielsen. Seorang cowok yang naksir aku tidak bisa masuk criteria dalam keluargaku karena kurang gigih ibadahnya. Kuputuskan untuk berhenti dari AC Nielsen meskipun pencapaianku sangat memuaskan. Direkturnya bahkan menahanku agar tinggal tetapi aku kuatir tidak bisa menahan rasa pilu karena masih harus bertemu dengan cowok itu.
Dari profesi sebagai surveyor, aku berpindah ke Klaten untuk mengerjakan proyek desain dan pekerjaan interior TimeZone di mall Matahari. Elemen interior berupa furniture sudah dikerjakan para tukang kayu di kantor kami di Demak. Kemudian hampir tiga bulan lamanya aku menghabiskan waktu di mall Matahari Klaten untuk merenovasi lantai, dinding, langit-langit berikut pencahayaannya. Dan tentu saja men-settle atau menata furniture knock down yang telah kami kerjakan sebelumnya.
Bekerja di sebuah tempat hiburan ternyata selain asyik juga agak repot. Repotnya karena kami harus mengatur sedemikian rupa agar kegiatan bermain di TimeZone tetap berjalan dengan baik meski renovasi sedang kami kerjakan. Asyiknya di sore dan malam harinya aku puas bisa bermain di TimeZone setiap selesai kerja hari itu, kecuali kalau pas kami butuh lembur di waktu – waktu terakhir menjelang deadline proyek. Aku ingat sekali di hari terakhir itu, aku dan Lili –sepupuku- sampai terpaksa harus menginap  dalam mall karena menunggui para pekerja yang proyek mengejar agar pekerjaan segera selesai. Kami hunting makanan dan minuman malam-malam untuk para pekerja karena mandornya juga sibuk. Dan malam itu kami terpaksa bermalam di mall karena pintu –pintu mall sudah ditutup. Aku dan Lili segera mencari tempat yang cukup tersembunyi. Maklum cari aman karena bagaimanapun kami ini perempuan. Kami masuk ke dalam ruangan penyimpanan sepatu, seperti suatu walk in closet. Di sana kebetulan ada dua bangku panjang dengan dudukan berbahan sofa. Satu untukku, satu untuk Lili. Tebak apa yang asyik? Kami mencoba sepatu apa saja yang ada di sana malam itu. Sssstt…..
Paginya masih dengan kucel, kami bergegas keluar dari mall begitu pintu mall dibuka  dan bergegas pulang ke rumah sebelum ada yang melihat dekilnya kami saat itu. Haha.
Malam harinya untuk mengobati lelah dan menghibur diri sendiri , aku datang ke konser Ahmad Dani dan Dewa 19 yang kebetulan manggung di stadion hiburan di Klaten. Dan ini satu-saunya konser yang pernah kutonton karena aku tidak mau lagi nonton konser lagi. Ngeri! Melihat sedemikian banyak orang yang berdesak-desakan di stadion. Bagaimana coba kalau mati pas nonton konser begini, pikirku.
Selepas proyek interior di Klaten, aku diundang seorang bos sebuah perusahaan eksporter Furniture di Solo lewat pamanku. Aku didapuk, ditunjuk menjadi desainer furniture dan staf marketing mendampingi ibu Utik yang menjadi komandannya. Kemampuan bahasa Inggrisku semakin diasah terutama dalam hal berkoresponden dengan calon buyer dari luar negeri. Aku juga belajar bagaimana proses produksi furniture, packaging-nya sampai dengan pengirimannya dengan container. Seru sekali karena kami pernah ikut membantu proses packaging ini karena waktu pengirimannya sudah mepet, containernya mau jalan tetapi furniture yang mau dikirim belum semuanya selesai packaging-nya. Wah! Kejar-kejaran deh!
Di sinilah pertama kali aku tahu dan melihat bagaimana enaknya menjadi pengusaha atau bos perusahaan. Karena si bos bahkan tidak perlu pergi ke kantor. Hanya  duduk di rumah, telpon, anak buah yang datang ke rumahnya dan menerima tugas-tugas setelah briefing dan diskusi seperlunya. Keren ya. Mungkin dari sinilah, konsep  kebebasan financial dan kebebasan waktu mulai meracuniku.
Ada petualangan lain yang kuperoleh saat kerja di Solo ini. Karena pak Bos juga punya usaha peternakan ayam, kami ditugaskan untuk juga mencoba menembus perusahaan besar di Jakarta macam Indofood untuk mensuplai kebutuhan ayam. Untuk ini, kami juga bekerjasama dengan perusahaan ternak dan pemotongan ayam Rayhan di Yogya. Aku dan seorang teman berkendara mobil dari Solo ke Yogya.  Melihat bagaimana proses pemotongan ayam secara missal dengan mesin, membawa dagingnya yang sudah dikuliti dan dimasukkan packaging khusus berfungsi sebagai kulkas/freezer agar awet, kemudian mengirimkan lewat TIKI ke alamat Indofood Jakarta. Setelah itu kami langsung kembali ke Solo Karena sudah dikejar jadual pekerjaan berikutnya, menyiapkan furniture yang mau dikirim ke Amerika. Jadi tidak sempat jalan-jalan di Jogja L
Sebenarnya aku masih kerasan kerja sebagai marketing dan desainer  eksporter furniture di Solo itu. Tetapi karena ayahku meninggal dunia, saudara-saudara menyarankan aku untuk pulang ke Demak menemani ibu. Karena itulah aku resign. Dan di Demak,segera ditemukan direktur eksporter furniture milik  pengusaha dari Inggris, Jim Taylor. Aku semakin digodhok menjadi marketing yang paham seluk beluk penjualan furniture ke manca Negara. Korespondensi dengan buyer, invoice,  dan juga memanage shipment kami lakukan bertiga, Alexander Kudzierko-aku dan Maria. Aku juga merencanakan dan menyiapkan pameran furniture di Singapura dan Jakarta. Dengan Alex, aku berada di grand expo di Jakarta selama sepekan dan melalui banyak hal yang lucu dan berkesan. Utamanya karena aku dan Alex sangat akrab, sampai-sampai ibuku khawatir kalau –kalau aku akan menikah dengan Alex. Ahahay…J
Karena itulah aku segera dijodohkan dengan saudara jauhku. Kami menikah dan tinggal di Semarang, sehingga kuputuskan untuk resign karena meski jarak Semarang Demak tidak jauh sekali tetapi banyak orang bilang aku kecapekan sehingga belum mempunyai keturunan. aku dibantu suamiku membuka konsultan arsitektur dan kontraktor di rumah. Seorang sahabat suami yang mempunyai background teknik sipil membantu kami. Alhamdulillah usaha kami ini lancar dan kami senang karena aku akhirnya hamil dan bisa mengasuh bayiku sendiri karena bekerja di dalam rumah. Hanya sekali waktu ke rumah klien untuk presentasi desain atau sesekali ke proyek untuk kontrol progress pekerjaan di lapangan.
Ternyata petualangan karirku belum berakhir. Suamiku meninggal dunia ketika umur pernikahan kami baru enam tahun. Ibuku menarik aku dan kedua anakku kembali ke Demak.  Aku mengalami kesulitan untuk melanjutkan profesi sebagai arsitek karena factor jarak dan kesibukan mengasuh kedua balitaku tanpa didampingi seorang suami.
Untuk mengisi waktu itulah aku mulai menulis. Hobby lamaku yang bangkit lagi setelah mengenal fesbuk. Ternyata Allah membukakan pintu baru bagiku. Aku jatuh cinta pada dunia menulis dan pelan namun pasti, dunia ini menjeratku. Tulisan-tulisanku yang menang dalam berbagai lomba, menjadi buku – buku yang diterbitkan oleh berbagai penerbit. Dan keberanian mulai muncul dalam diriku untuk menerbitkan sendiri novelku.
Ternyata Allah memberikan tanggung jawab lebih besar padaku. Beberapa teman penulis malah meminta tolong untuk diterbitkan karya dan tulisannya. Demikianlah petualanganku melalui banyak pintu ini akhirnya sampai pada pintu ini. Dan bismillah aku memantapkan hati untuk amanah dan terus menerus meningkatkan kualitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@diannafi