Arsitektur Sebagai Bahasa dan Tafsir:
Mengapa Ruang Selalu Berbicara?
Kita sering menganggap arsitektur hanya sebagai urusan teknis: bangunan, struktur, fasad, fungsi. Namun semakin lama kita hidup di antara ruang-ruang itu, semakin kita sadar: arsitektur bukan sekadar benda. Ia adalah bahasa.
Ia berbicara tentang siapa kita, bagaimana kita hidup, apa yang kita percayai, hingga sejarah panjang yang membentuk identitas kita.
Buku Arsitektur Sebagai Bahasa dan Tafsir lahir dari kegelisahan itu—dari kebutuhan untuk membaca ruang lebih dalam dari sekadar permukaan visual. Seperti membaca teks sastra, arsitektur juga menuntut kita memahami konteks, simbol, ritme, dan intensi yang melahirkannya.
Dalam buku ini, pembaca diajak melakukan perjalanan:
-
dari tanda dan simbol dalam arsitektur tradisional,
-
ke hermeneutika ruang ibadah,
-
ke fenomenologi tubuh dan keheningan,
-
hingga lanskap baru seperti arsitektur digital dan smart cities.
Tak berhenti di teori, buku ini juga menyajikan studi kasus desa, kota, dan kawasan budaya Nusantara—Demak, Kudus, Yogyakarta, Jakarta, Bali—yang menunjukkan betapa kaya dan berlapisnya bahasa ruang di Indonesia.
Pada akhirnya, buku ini adalah undangan: untuk menjadi penafsir ruang, seseorang yang melihat lebih dari apa yang tampak, yang mampu membaca masa lalu, merasakan kini, dan membayangkan masa depan lewat arsitektur.
Baca bukunya di sini >> https://play.google.com/store/books/details?id=pCCbEQAAQBAJ



Tidak ada komentar:
Posting Komentar