Krisis Karakter Para Pendidik Kita
Oleh Dian Nafi
Beberapa kali mengisi pelatihan guru PAUD, saya menemui
beberapa hal yang sepertinya sepele tetapi sangat mendasar. Bahwa terkadang apa
yang diketahui oleh guru atau pendidik acapkali tidak disertai dengan aplikasi
nyata oleh diri mereka sendiri dalam kesehariannya. Tentu saja sebenarnya ini juga adalah kritik
terhadap diri saya sendiri utamanya, di samping ingin menggugah banyak kawan
lainnya.
Ada yang berbeda ternyata antara karakter pendidik yang ada
di lingkungan kota besar dengan mereka yang ada di kota kecil aka pedesaan. Simpulan
sementara ini saya peroleh dari uneg – uneg para pendidik PAUD di kota kecil
yang saya bandingkan dengan dinamika realita yang saya saksikan sendiri di
ibukota propinsi, di mana saya berkecimpung kurang lebih enam tahun ini sejak
tahun 2006 lalu.
Beberapa hal yang dikeluhkan beberapa pendidik PAUD di kota
kecil (yang mereka curhatkan ke saya di
tengah – tengah acara pelatihan) adalah kebiasaan para pendidik dari PAUD lain yang sengaja menyembunyikan
berbagai informasi dari mereka sesama pendidik yang sedang belajar dan mencari
tahu. Dari informasi mengenai cara – cara pendekatan baru dalam mendidik,
informasi dari dinas bersangkutan sampai dengan lagu – lagu ataupun permainan
baru. Menurut mereka, alasannya mungkin agar PAUD yang banyak tahu itu tidak
tersaingi oleh PAUD lainnya.
Ini berbeda sekali dengan kebiasaan yang saya dapati di
ibukota propinsi. Para pendidik PAUDnya justru berlomba – lomba berbagi informasi
dan juga bahkan penemuan – penemuan baru mereka dalam permainan edukatif ,
tepuk ataupun lagu – lagu. Seringkali dibagikan atau di-share dalam acara
pertemuan bulanan HIMPAUDI (Himpunan Pendidik PAUD Indonesia) yang
diselenggarakan secara bergiliran dari satu PAUD ke PAUD lain. Seperti inilah
seharusnya karakter pendidik PAUD sebagai seorang guru yang digugu dan ditiru. Yang
juga adalah pahlawan yang tidak saja berjasa bagi anak didik dan komunitas
intern-nya saja, tetapi juga berjasa terhadap kalangan yang lebih luas lagi.
Karenanya saya justru sarankan kepada para pendidik PAUD di
daerah yang merasa terdzolimi karena merasa tidak dibagi informasi yang mereka
butuhkan, untuk bangkit dan berdiri. Menemukan sendiri formula – formula baru
dalam hal metode pendekatan pendidikan PAUD maupun permainan –permainan dan
lagu – lagu baru yang mereka ciptakan sendiri. Dan kemudian bahkan berinisiatif
memulai budaya baru dalam pertemuan HIMPAUDI di daerah dengan bersemangat
membagikan apa yang mereka temukan. Sehingga memunculkan budaya berbagi dalam
pertemuan tersebut. Kalau boleh menyitir sebuah ayat dan hadis, demikianlah
yang diajarkanNya dan rasulNya, maka kepada mereka yang pelit, justru
berikanlah sesuatu pemberian. Nhah !! Iya kan. Lalu lihat apa yang akan
terjadi, begitu kalau kata pak Mario Teguh J
Fenomena lain yang hendak saya ceritakan adalah adanya suatu
pilihan dari beberapa alternative yang
sepertinya disodorkan oleh Diknas atas metoda yang digunakan dalam sebuah
institusi. Yang ditangkap oleh institusi dan para pendidiknya sebagai pilihan
yang harus memilih satu di antara dua, dalam hal ini apakah sebuah PAUD
menggunakan pendekatan Area atau Sentra (BCCT). Saya katakan pada para pendidik
PAUD ini, kita tidak harus hanya memilih satu di antara dua itu. Kita boleh
memakai kedua – duanya. Dan bahkan kita boleh memakai yang di luar itu. Dan bahkan
kita boleh akhirnya menemukan sendiri metode pendekatan yang khas institusi
kita setelah melalui banyak pengalaman, pembelajaran, trial error, kontemplasi,
diskusi, percobaan dan sebagainya. Untuk ini memang dibutuhkan karakter
pendidik yang tidak saja mencintai pekerjaannya tetapi juga mempunyai wawasan
luas, ilmu mendalam dan yang juga penting adalah spiritual tinggi. Karena yakin
seyakin – yakinnya bahwa segala penemuan itu merupakan karunia dari Sang Maha
Pendidik.
Ada banyak lagi uneg – uneg yang ingin saya keluarkan. Semoga
ada kesempatan lainnya.
Selamat belajar para pendidik yang juga adalah para
pembelajar sejati. Semoga kita semua mendapat keberkahan dari apa yang kita
upayakan ini. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar