Insto Dry Eyes Untuk Mata Merah



Insto Dry Eyes Untuk Mata Merah

Duh, duh, kenapa nih mataku?
Aku masuk rumah dengan terhuyung-huyung. Helm yang masih nyanthol di kepala, segera aku lepaskan. Sambil menahan perih di mata, aku berjalan menuju ruang tengah yang di salah satu dindingnya tergantung sebuah cermin besar.
“Aduuh, perih banget,” sembari berusaha membuka mata kananku yang sakit, aku memeriksanya dari bayangan di cermin. Oh pantesan berasa nggak enak banget nih mata, warnanya merah.

“Kenapa matanya?” Ibu yang duduk di sofa ruang tengah meletakkan Al quran di tangannya dan beralih memperhatikanku.
“Nggak tahu nih bu, sakit banget. Entah kemasukan hewan atau kena debu di jalan,” keluhku sambil menyorongkan mata kananku yang merah ke arah ibu.
“Coba saja keluarin kalau memang ada hewan kecilnya,” saran ibu.
Aku mengerjap-ngerjapkan sebelah mataku untuk melakukan upaya sebagaimana yang ibu usulkan. Tapi sepertinya tidak ada hewan apapun yang berhasil kuusir dari mataku. Justru rasa mengganjal itu semakin menjadi-jadi. Hadeuh, segedhe apa nih debu atau kerikil yang masuk mataku.
“Eh, jangan diucek,” cegah Ibu saat melihat tanganku beraksi mengucek-ucek mataku yang sakit.
“Kasih insto aja tuh matanya,” lanjut beliau yang memang menjadi dokter pribadi kami selagi masa kanak-kanak hingga sekarang.
“Waduh, di mana ya insto-ku,” aku berusaha mengingat-ingat kapan aku meletakkan insto-ku. Kalau nggak salah ingat, kutaruh obat-obatan di dalam satu kantong yang kuselipkan dalam koper yang kubawa traveling ke Eropa minggu lalu. Setelah bongkar-bongkar koper, aku lupa di mana tempat terakhir kantong obat-obatan itu berada.
“Pakai aja insto milik Ibu,” usul ibuku yang pengertian.
“Ada di kamar Ibu ya?” aku mulai melangkah menuju kamar beliau yang bersisian dengan kamarku dan ruang tengah ini.
“Iya, di tempat obat-obatan seperti biasa.”
Memang setelah dua minggu berada di Eropa yang nota bene bersih dan tidak banyak polusi, terus terang  aku agak keder alias khawatir waktu pagi tadi mulai lagi naik kendaraan bermotor dua. Dua puluh lima kilometer pulang pergi biasanya selalu kulalui dengan santai dan baik-baik saja. Tapi memang hari itu rasanya agak aneh. Maklum di Leiden jalan-jalan tenang, tidak berisik, tidak macet, bersih dan tidak ada polusi. Demikian pula dengan udara dan langitnya. Beda banget dengan Semarang yang panas, gerah, macet dan penuh polusi. Baik polusi asap kendaraan maupun debu. Belum lagi polusi udara yang berasal dari banyak pabrik yang memenuhi jalur Pantura dari arah Semarang ke kota-kota terdekatnya.
Eh bener saja apa yang aku khawatirkan akhirnya sungguh-sungguh terjadi. Mataku tak tahan dengan kondisi udara penuh polusi dan belum siap beradaptasi. Sehingga beginilah yang kuterima hari ini sebagai sebuah siksaan kecil.
Kuraih insto milik ibu. Masih ada setengah isinya. Kembali ke ruang tengah yang lebih lapang dan terang, aku melangkah menuju depan cermin besar itu lagi. Mataku masih merah dan rasanya sungguh sakit.
Aku pun mulai meneteskan insto ke dalam mataku. Beberapa tetes saja. Tapi langsung nyesss, adem banget. Aku menutup sebentar mata kananku dan membiarkan tetesan insto itu merembes mengairi bagian mata yang sakit dan merah. Alhamdulillah, saat aku membuka mata, merahnya perlahan-lahan hilang. Dan rasa sakit itu berkurang.


Insto Dry Eyes ini memang berfungsi Sebagai Air Mata Buatan. Dia mengandung bahan aktif yang dapat mengatasi kekeringan pada mata dan dapat digunakan sebagai pelumas pada mata. Selain itu juga memiliki bahan aktif yang dapat membunuh bakteri. Obat tetes mata ini tersedia dalam ukuran  7.5 ml. Mata Kering, Mata Sepet, Mata Pegel, Mata Perih, Mata Lelah merupakan gejala mata kering. Solusi kekeringan pada mata tentu saja Insto Dry Eyes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@diannafi