Resensi Bidadari Surga Pun Cemburu

Resensi Bidadari Surga Pun Cemburu


sumber : http://analisadaily.com/resensi-buku-mimbar-islam/news/amalan-perempuan-agar-dirindukan-surga/171787/2015/09/18
Judul Buku:     Bidadari Surga Pun Cemburu
Penulis    :     Dian Nafi
Penerbit    :     Tinta Media (PT Tiga Serangkai)
Cetakan    :     I, Juni 2015
Tebal    :     xviii, 250 hlm.; 21 cm
DIAN Nafi dengan kecekatannya, dia bukan hanya bisa menulis suatu karya fiksi. Namun, karangan religi keislaman yang bernuansa motivasi pun juga dibabat habis. Suatu talenta yang perlu kita acungi jempol. Tidak semua orang mampu mengkola­borasikan talenta dan kekuatan mengarang fiksi dengan karya-karya religi bernuansa motivasi. Biasanya cukup sulit bagi sebagian orang agar bisa berkutat di dua dunia kepenulisan antara fiksi dan non-fiksi. Tapi sepertinya tidak bagi Dian Nafi, dia cukup mudah membuat karya fiksi dan non-fiksi.
Setelah karya fiksinya terbit yang berjudul “Matahari Mata Hati” sebagai karangan fiksi, kini terbit pula karyanya yang non-fiksi berjudul “Bidadari Surga Pun Cemburu”. Judul karya non-fiksi ini secara lahiriah tampak seperti karya fiksi. Namun, substansi dan isinya berisi tentang kajian-kajian keislaman agar seorang perempuan mampu menjadi perempuan yang shalihah. Sehingga, dari saking shalihahnya seorang perempuan, para bidadari di surga memendam rasa cemburu. Begitulah metafor yang digunakan oleh Dian nafi untuk mengibaratkan betapa hebatnya seorang perempuan yang shalihah.
Sebenarnya, tidak seperti yang kita bayangkan. Bidadari surga belum tentu memiliki sifat pecemburu. Itu sekadar majaz yang digunakan untuk menumbuhkan nilai-nilai positif agar perempuan menjadi mahluk yang sempurna dengan amal-amal kebaikan­nya. Namun, tidak semudah membalik telapak tangan untuk menjadi perempuan shalihah yang dicemburui oleh bidadari surga. Ada banyak pantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Misalkan lingkungan sosial, kebiasaan, dan beberapa aktivitas sehari-hari yang mengandung nilai-nilai negatif bagi kehidupan.
Secara umum, ulasan karya ini ditujukan bagi semua kaum perempuan agar termoti­vasi untuk berbuat hal-hal yang mulia. Di antara ciri-ciri perempuan yang dicemburui oleh bidadari surga yaitu perempuan yang taat menjalankan agama (hlm. 5) dan perempuan yang selalu berhias amal kebaikan (hlm. 55). Dua ciri perem­puan ter­sebut pada hakikatnya ada kesinam­bungan atau saling berkaitan. Ciri yang pertama tersebut jika dijadikan pedoman hidup, maka ciri yang kedua juga secara otomatis akan ikut terlaksana, karena dalam agama diajarkan tentang melakukan kebaikan.
Pada dasarnya, perempuan yang selalu mengundang cemburu bagi bidadari surga adalah perempuan yang dalam kehidupan sehari-harinya dipenuhi dengan amal kabaikan. Hal demikian, bukan hanya berlaku bagi kaum Hawa saja. Jika kaum Adam melakukan hal yang sama, maka penduduk surga akan menyimpan rasa cemburu yang sama juga kepadanya. Jika demikian, bidadari surga bisa cemburu kepada umat manusia yang mampu beramal baik. Dalam konteks ini, bidadari cemburu bukan benci atau tidak suka, namun kecemburuan tersebut karena bidadari tidak bisa berbuat seperti yang dilakukan oleh perempuan shalihah. Sehingga penduduk surga merindukannya.
Lebih spesifik lagi, perempuan yang dirindukan oleh surga adalah para wanita yang berstatus sebagai istri. Tapi tidak semua istri dirindukan oleh surga. Ada beberpa kriteria yang bisa dijadikan tanda mereka dirindukan oleh surga. Di antaranya yaitu para istri yang bagus dalam mendidik anak perempuannya (hlm. 85); perempuan yang selalu mencari ridha suami (hlm. 169); dan perempuan yang taat kepada suami (hlm. 195).
Mungkin kita sudah membayangkan, betapa indahnya jika perempuan memiliki karakteristik seperti itu. Memang sangat sulit dan penuh tantangan, namun kemuliaan hidup yang akan didapat oleh para istri jika berhasil mendidik anak perempuannya serta taat dan mencari ridha suami. Secara tidak langsung, karya ini ingin mengangkat derajat dan maratabat kaum perempuan agar mulia, baik di hadapan Tuhan atau manusia.
Karya ini hadir di tengah-tengah kita seba­gai upaya untuk memotivasi para kaum perem­puan agar menjadi wanita yang mulia dan penuh dengan akhlak yang agung. Amalan-amalan shalih yang disajikan di dalam buku ini bukan sekadar dipaparkan begitu saja. Ada beberapa halangan, jebakan, tantangan, cara, dan metode yang bisa dijadikan panduan untuk memulai perbuatan baik yang mulia. Selain itu, ada kisah-kisah teladan yang akan mengins­pirasi agar perempuan terus temotivasi untuk melakukan yang terbaik untuk dirinya sendiri dan orang lain, khususnya suami.
Peresensi: Junaidi Khab, adalah Akade­misi dan Pecinta Baca Buku Asal Sumenep Tinggal di Surabaya.


2 komentar:

Adbox

@diannafi